Senin, 17 Agustus 2009

Suasana teras sepi, Papa duduk di kursi dan aku berdiri memunggungi Papa memandangi burung-burung yang berterbangan di pohon pinus yang berada di seberang sungai.
“ Nisla… ” Papa menegurku, kurasa karena jawaban yang belum kuberikan setelah pertanyaan Papa yang diucapkannya dengan sangat hati-hati, tapi tetap saja membuatku sedikit ‘berfikir’.
“ Er…Iya Pah,…ga’ pa-pa kok.. Berseneng-senenglah Pa.. ” wajah Papa memancarkan rasa tak percaya sekaligus kebahagiaan bibirnya tertarik ke atas tak kuasa menahan senyum.
Tapi beberapa detik kemudian raut wajahnya berubah datar lagi “Tapi Papa juga mau liat kamu seneng Nisla…”papa menghela nafas berat.
“La seneng kok,kalo liat pa-pa seneng…”senyumku palsu.
“Kamu juga bisa seneng-seneng disini sama Edar.Kalian bisa jalan-jalan atau lakuin apa aja yang kalian suka..” aku cuma meringis mendengar ucapan Papa.
Perjalanan pulang dari AirPort sepi sekali.Seperti sendirian dalam taksi,padahal di sampingnya ada Edar yang duduk dengan santai dan cuek.Membuat Nisla merasa tak nyaman.Padahal selama dua minggu ia akan sendirian dirumah bersama Edar.Papa dan mama mereka pergi berbulan madu yang belum sempat mereka lakukan setelah acara pernikahan beliau satu bulan yang lalu.Nisla terus memandang keluar jendela.Dan langsung bergegas ke kamarnya begitu taksi berhenti tanpa merasa perlu berbasa-basi pada Edar.
* * *
“Haaaaa !!!” aku merasakan tubuhku sakit terhempas di lantai yang keras.Sepertinya aku memimpikan hal yang sangat aneh tadi,tapi aku tak dapat mengingatnya dengan jelas.Dalam mimpiku aku melihat orang aneh,kegelapan dan teriakanku semuanya terukir abstrak dalam mimpiku.Kusipitkan mataku melihat jam didinding yang menunjukan tepat pukul 06.15 dan segera melonjak bangun dan bergegas.
Setelah berdandan kilat aku menyambar roti bakar yang ada di meja makan dan melirik piring kosong di sebelahnya.Sudah dapat kuduga pasti Edar telah chao dari rumah sebelum aku sempat menongolkan diri.Sekilas aku membaca tulisan elegan Edar
Gua keluar kota ma temen-temen.

“Uhuk-uhuk.. Bibi.. udah ‘la bilang berapa kali, ‘la gak suka mentega..”
Bibi datang terpogoh-pogoh dari dapur masih memakai celemek dan memegang solet “Oh..itu neng..maap,bibi lupa neng…”aku memanyunkan bibirku kesal sambil melirik jam tangan.
“Yaudah deh bi…’La berangkat,udah telat nih!”
“Tapi neng ma….” Suara bibi tertinggal di belakang kemudian lenyap karena sekarang aku telah mengeluarkan seluruh kecepatan lariku.menuju sekolah yang berjarak tak begitu jauh dari rumahku.
Hosh..hosh..nafasku sudah tak kuat sampai di tikungan.Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan cepat saja. Suasana jalanan lengang,hanya ada beberapa pejalan kaki. Prasaanku tiba-tiba saja tak enak. Aku mendengar langkah-langkah kaki di belakangku,seperti ada yang mengikutiku.Aku mencoba menenangkan diriku sambil tetap berjalan.Sekolah telah tampak dan tinggal beberapa meter lagi aku sampai.Langkah-langkah itu belum berhenti juga, malah sekarang semakin dekat dan..
“Hoaa!!!Anjing..!Anjing..!”
”HWAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!”Dan sontak aku ikut berteriak dan berlari sekencang-kencangnya,phobiaku pada anjing yang belum sepenuhnya hilang membuat badanku bergetar hebat.Aku tak sadar aku masih berteriak saat sampai di halaman sekolah.Seluruh anak memandangiku dengan tatapan mengejek.
Terdengar suara tawa melengking dan licik di belakangku. Aku menatap sebal pada sang pemilik suara.Rasanya ingin sekali aku membentak dan memukulnya di depan anak-anak.Aku menatapnya tajam dan dia balik menatapku licik,matanya melotot seakan mau keluar dari rongga matanya.Satu langkah,namun langkahku seperti tertahan sesuatu saat kulihat kepalan tangannya.Kuurungkan niatku dan berjalan pergi menghentak-hentakan kakiku kesal.
“Assalamu’alaikum Nis.Hari yang indah ya…Subhanallah…”Azam menyambutku sambil menatap langit di luar jendela dan menyunggingkan senyum yang harusnya terlihat menyenangkan untuku malah jadi terlihat menyebalkan.
Raut wajahku kurang jelas atau memang dia sengaja menyindirku “Wa’alaikumsalam…” jawabku ketus.Azam yang melihat nada kesal dalam suaraku mengernyit.
“Nisla…!” suara cempreng Gina tidak membantu menenangkan perasaanku.”Ciye…pagi-pagi udah di sambut AA Azam tercinta.”goda Gina sungguh menjengkelkan,tapi membuatku sedikit geli.Kudengar katanya dia naksir aku,entahlah…Azam menunduk dalam-dalam dan komat-kamit.Sepertinya sedang beristighfar.
“Oh…udah de Gin.Gak usah godain orang alim.Ntar kena azab lo..” godaku pada Gina cekikian.
“Ye…gue gak godain kok.Asli boo dia nungguin lo dari tadi.Ya kan A’..?”
Azam meliriku“Astagfirrullah…”ucapnya lalu berbalik pergi dan BRAK!! ia menabrak pintu di belakangnya.Yang membuatku dan Gina saling pandang dan tertawa ngakak. Emang gak ada yang bisa tahan godaan Gina.
Bel istirahat berbunyi membuyarkan lamunanku yang sedang berkelana entah kemana.Entahlah..apa yang di bicarakan Miss.Emmy tadi,toh yang lain juga tak ada yang peduli.Beberapa anak malah terlihat seperti habis bangun tidur.
“Nis..kantin yuuks..!!”seperti biasa Gina sobatku yang kecil dan imut tapi doyan makan langsung mengajaku untuk segera melaksanakan hobinya.
“Siaap..!”
Aku dan Gina berjalan santai sambil cekikikan membicarakan hal-hal yang sebenarnya tak penting.Paling sering sih,kami membicarakan Azam,yang anak-anak bilang uztadz ….Sifatnya yang alim,baik hati, tapi polos membuat dia jadi ‘guyonan’ asyik.hihihi..
Tiba-tiba Gina menghentikan langkahnya.
“Eh,lagi ngapain tuh si Fila bagi-bagi duit ke anak-anak?Jangan-jangan habis ngerampok bank lagi dia.”
“Ah…biasalah paling judi.Anak brandal kayak dia..”balasku acuh tanpa mau melirik sedikitpun.Dendamku dari tadi pagi belum reda bisa-bisa naik lagi melihatnya.
“Tapi kan lumayan…bisa ngirit uang jajan.”
“Belum tentu uang halal.Matre lo…”ejeku sambil duduk di bangku depan kantin.
“Hai Nis…”
“Nisla…”
“Hallo Nis..”
“H-hai…”jawabku kaku.Ada apa gerangan mereka meyapaku seperti itu.
“Ciyee Nis,masuk tabloid mana lo mendadak beken gini?”
“Tauk…”
Aku memesan bakso dan mulai bercuap-cuap lagi dengan Gina.Kali ini aku menceritakan padanya soal Papa,dan er ‘Mama’ yang sedang berbulan madu ke Lombok.Membayangkan Papa bersama orang lain sepertinya sakit,aneh memang.Sepertinya Mama dalam diriku tak rela.Tapi Gina sama sekali tak mendukungku.Ia malah membela er ‘Mama’.Dan aku menceritakan sedikit tentang Edar.Sebenarnya memang tak banyak yang bisa diceritakan dari dirinya.Karena sifatnya yang tertutup dan cool yang tak keren.Bel berbunyi memotong pendapat yang akan di lontarkan Gina.Tapi, Gina yang amat pelupa susah sekali dipancig ingatanya lagi.Mungkin,ia menderita lupa ingatan jangka pendek.Mengerikan!
“Berapa Pak?”tanyaku merogoh-rogoh saku mengambil dompet.
“293.750 rupiah neng…Selamet ultah ya neng..”
“Hahaha..Bapak bisa aja bercanda..nih 10.000 tadi bakso satu,es teh satu, kembaliannya buat bapak dehh..”
“Tapi neng…tadi bocah-bocah yang tadi jajan di sini bilang dibayarin eneng.Kan eneng ultah.”
“Hah!!?Siapa bilang saya ultah pak?”
“Emang sekarang tanggal 15 Oktober?”sambung Gina.
“Lah,sekarang kan masih tanggal 21 Agustus.Eneng ini piye,bocah sekolah kok ndak tau..”
“Ultah saya itu tanggal 15 Oktober Pak..Bapak ditipu tuh sama anak-anak.”nada suaraku sedikit emosi.
“Oalah..Tapi bocah-bocah bilang neng yang bayarin.Pokoknya eneng harus bayar.Kalo enggak seumur hidup eneng gak boleh kesini lagi.” Wajah pak kantin yang denger-denger emang galak kalo ada anak yang gak mau bayar nampak.Hiiy
“Lho,kok gitu sih Pak?“ waduh,dimana lagi aku harus jajan kalo bukan di kantin ini.Kantin cuma satu-satunya di sekolah.Akhirnya dengan amat berat hati kurelakan uang cadanganku.Mana uang mingguan belum di kirim papa.Huh! liat aja,akan kucari biang keroknya.
“Sabar ya Nis…”ucap Gina men-simpatikan nadanya,padahal aku tau ia setengah mati menahan tawa.
* * *

Aku merasakan kerongkonganku kering karena berteriak-teriak sendiri kemarin siang di rumah seperti orang gila setelah tau siapa sebenarnya tersangka yang ngerjain aku bayarin seluruh anak yang jajan di kantin.
Hampir satu tahun ia tertekan seperti ini,di tambah tekanannya setelah kehilangan mamanya.Nisla mengucek-ucek matanya yang masih setengah tidur,badanya masih agak lelah.Tapi ia memaksakan dirinya bangun,ia tak mau ambil resiko telat dan ketemu sama si Fila lagi.Nisla berjalan gontai ke dapur dan membuka kulkas untuk mengambil segelas air untuk dapat sedikit menyegarkannya.Matanya tertumpu pada kertas bertumpuk yang diganjal di kulkas dengan megnet.

Brisik.
Uang jajan lo di samping telfon.
Gua pergi keluar kota lagi.

Aku memanyunkan bibir .Toh tak ada bedanya ada Edar ataupun tidak.Aku segera bergegas memulai rutinitas pagiku yang biasa.
Kali ini aku berangkat lebih pagi, malahan terlalu pagi.Tapi dikelas kelihatannya telah banyak anak.Ternnyata benar saja, anak-anak sengaja berangkat lebih awal karena rupanya ada PR Kimia yang memang sulit terlebih guru yang killer abiz.Tanpa pikir panjang Nisla bergabung dengan anak-anak lain.Karena semalam Nisla sengaja tidur lebih awal,takut kesiangan.Tapi kalau gini sih sama aja..
“Sst..sstt..Nisla..” Nisla menoleh dan tenyata Azam yang memanggilnya.
“Apa?”
“Sini Nis..”panggil Azam.
“Ntar dulu,gue lagi sibuk nih..”
“Kesini sebentar aja..Ini nyontek aku aja…” Azam memelankan suaranya,kecil sekali hampir tak terdengar.
“Ap-APA zam?”aku sedikit memekik.Azam mengambil bukunya dan melambaikannya padaku
Aku jadi seperti orang linglung,apa yang terjadi pada Azam,anak terjujur satu sekolah,mau memberinya cotekan?Tapi berhubung waktu udah mepet masuk jadi aku buru-buru mencontek PR Azam yang dijamin bener semua.
“Nisla..biasanya kamu pulang sekolah sama siapa?”Tanya Azam ragu-ragu,terdengar dari nada suaranya.
“Gau pulang sendiri lah..rumah gue kan gak jauh dari sini..”
“Eng..Gak dianterin?”
“Hahaha..emang gue anak TK?”
“Eng… nanti… pulang sama aku ya…”Nisla menghentikan menulisnya dan menoleh ke Azam.Ada apa sebenarnya dengan Azam,sepagi ini tingkahnya aneh sekali.Mulai dari memberinya contekan dan mengajak pulang bareng.Apa bener gossip-gosip yang bilang kalu Azam naksir dirinya.
“Err…zam, kayaknya gue pulang sediri aja deh...”
“Ga papa kok Nis…pulang sama aku aja.Gak ada yang marah kok..”
Tawa Nisla meledak “Hahaha..Azam.Azam..Bukan gitu..Aku ada urusan ntar..”
“Ada Mr.Cez.Ada Mr.Cez”Webi berteriak dengan suara bassnya yang mengglegar memberi kode pada anak-anak.
“Ya udah,tapi ati-ati ya Nis…”
“Anak-anak..keluarkan kertas dan alat tulis kalian.Sekarang kita ulangan.”omongan Azam terpotong oleh Mrs.Cez.
Seharian disekolah Azam terus mengingatkanku untuk berhati-hati.Seperti seorang guru menasehati anak TK.Aku yang kesal diperlakukan seperti itu berusaha sebisa mungkin menghindar dari Azam.
Ruang yang berada digedung belakang membuatku
“Nis...gue pulang duluan ya, Eza udah jemput tuh.” cengir Gina malu-malu.Lama tak terdengar kabar Eza,kakak kelas yang dari dulu naksir berat sama Gina.Sekarang aku baru teringat kalau mereka udah jadian.
“Ohh..iiya..ati-ati yaa…”
Aku menelusuri jalan yang tiba-tiba saja berasa jauh.Biasanya ada Gina yang menemaniku jalan.Tapikan Gina sama Eza.Heuh..
Jalanan seperti biasa,terlihat lengang..perasaanku tiba-tiba saja berubah tak enak.Aku jadi teringat kata-kata Azam tadi.Dan ada perasaan sedikit menyesal menolak ajakan Azam.

bersambung....










































Tidak ada komentar:

Posting Komentar